Wednesday, January 6, 2016

Posted by muhammad haswadrianto | File under :
Pernah ada seorang anak lelaki yang berwatak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.
Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar, karena hari itu anak tersebut tercatat berselisih paham dengan teman temannya. Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari. Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tibalah hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya. Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap kali bila dia berhasil menahan diri/bersabar.

Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar. Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata: "Anakku, kamu sudah baik, tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar. Pagar ini tidak akan kembali seperti semula."

DISISI LAIN.......................................


suatu ketika, seorang anak perempuan yang memiliki sifat paling pemaaf. Dia memiliki seorang adik laki-laki yang sangat nakal. setiap hari sang anak perempuan itu menjadi pesurah oleh siadik, dipukuli, dibohongi dan hibentak-bentak oleh sang adik, namun anak perempuan tersebut tetap memberikan senyum bijak kepada sang adiknya.

suatu hari, anak perempuan itu pulang dari sungai membawa beberapa ekor udang untuk makanan sang adik namun tak sengaja udang tersebut jatuh ke lantai dan dimakan oleh kucing. sang adikpun marah dan menghina si anak perempuan tersebut. "tidak berguna, bodoh, payah dan tidak becus" namun sekali lagi sang anak perempuan tersebut tetap memaafkan perbuatan adiknya.

seorang kakek ternyata selalu mengawasi kejadian demi kejadian mulia yang dilakukan oleh anak perempuan tersebut. suatu hari kakek itu bertanya kepada anak perempuan tersebut "nak, kenapa engkau begitu lembut dan pemaaf kepada adikmu yang nakal itu, kenapa engkau tidak marah, nak?" lantas anak perempuan menjawab dengan senyum manisnya " marah itu hanya akan meninggalkan bekas luka kek. ibarat kayu yang selalu dipaku hingga tiap sudutnya, walaupun paku tersebut bisa dicabut kembali namun bekas lubangnya akan tersisa sebagai bekas luka, kek. itulah kemarahan"

sang kakek membalas dengan senyum bijaknya, dan berkata dengan lembut "dahulu ayahku juga pernah mengajariku hal seperti itu, memintaku memaku pagar setiap kali aku marah, dan benar bekas luka dari paku itu sangat menyakitkan. namun apakan anak tahu, bagaimana cara membuat sebuah pagar?, bagaimana cara memuat pagar itu tetap kokoh? dan apakah anak tahu bagaimana cara menyambungkan kayu yang telah patah sehingga menjadi lebih kuat?
"tidak tahu kek" jawab anak itu dengan heran
kembali kakek itu menjawab dengan senyum bijaknya "paku, pakulah yang membuat pagar itu kokoh nak, pakulah yang dapat menyatukan kayu yang patah, nak. bahkan bisa lebih kuat dari sebelumnya"

paku memang meninggalkan bekas, namun terkadang semua orang sangat memerlukan bekas itu, nak.

maralah dengan tulus, marahlah karna kasih sayang, marahlah untuk orang yang kau sayangi, luka itu akan membuat kalian kuat dan kokoh :)
Bahkan Terkadang Kita HARUS Melakukan Sesuatu Hal yang sama Sekali Tidak Kita Sukai...

0 komentar:

Powered by Blogger.