Waktu terus berputar, hari tak selamanya malam, pagi pun datang. Aku menyukai pagi, karena dia selalu membawa harapan baru bagi setiap umat manusia. ntah mengapa, bagiku pagi itu baik, seolah sepenat apapaun masalah yang dihadapi saat malam hari, tetap saja akan mereda ketika pagi telah menyapa. Hari itu aku membaik, namun belum cukup baik untuk keluar dari rumah sakit.
Pagi menjelang siang, satu tim medis, pada dokter spesialis, resident dan mahasiswa praktek masuk keruangan tempatku dirawat. satu per satu aku ditanyakan pertanyaan yang sampai aku bosan untuk menjawabnya. tapi itulah prosedur. Pertanyaan yang sama ditanyakan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi dari kemarin hingga sekarang.
Pencarian jawaban atas kejadian semalam yang cukup membuat panik semua pihak. Mengkaji setiap alibi, bukti dan fakta yang akan dirankai dalam satu kesimpulan yang berlandaskan ilmu pengetahuan. Hari itu aku diberitahu bahwa nyeri hebat yang sampai membuatku mati rasa dan putih pucat seperti semalam dapat dijumpai saat nyeri yang terasa amat sangat nyeri. dari penjelasan panjang dokter aku menangkap samar beberapa alasan diantaranya adalah keram otot perut yang hebat, gerak peristaltik usus yang kuat, hingga nyeri akibat luka di bagian lambungku.
Sejak kejadian itu, aku mulai tak percaya dengan tubuhku sendiri. seolah aku merasa asing dengan diriku sendiri, merasa seperti jiwaku masuk kedalam raga yang salah hingga tak kukenali lagi. aku takut, takut akan derita yang digambarkan tubuh ini pada jiwaku.
Tak ada lagi aktivitas tambahan yang berani kulakukan, tak ada lagi hal-hal biasa yang dapat kulakukan selain merasakan setial sel yang bergerak bebas di atas jasad ini. karena jika suatu saat aku merasakan hal yang aneh lagi maka aku harus siap menghadapinya tanpa membuat siapapun panik. berselang beberapa waktu, kejadian semalam muncul kembali, walau efeknya tak separah malam itu. badan ku mulai lemas tiba-tiba, tak berdaya dengan segala kekuatan yang kukerahkan untuk memaksa raga ini bergerak bebas sesuai keinginanku.. "sudah kuduga, jiwaku masuk kedalam raga yang salah"
hidup harus terus berjalan, karena Tuhan tidak akan mau menekan tombol "pause" hanya untuk makhluk seperti diriku. Support dari lingkungankulah yang membuatku bertahan menahan rasa aneh ini. tak lebih dari 10 menit tubuhku kembali seperti biasanya. rasa lemas dan lelah, nyeri serta ketidak berdayaanku hilang setelah waktu tertentu. aku mulai mencoba membuat suatu pola dalam kepalaku tentang penyebab dan durasi perasaan aneh ini. hingga kutemukan satu alasan dan solusi yang dapat kulakukan...
to be continuee...
0 komentar:
Post a Comment