Monday, September 24, 2018

Posted by muhammad haswadrianto | File under :

Ranitidin dapat berinteraksi dengan makanan, obat lain maupun parameter klinis.
  1. Makanan dan Antasida. Konsumsi bersama makanan atau antasida dengan ranitidin dapat menyebabkan penurunan absorpsi ranitidin hingga 33% dan konsentrasi puncak dalam serum menurun hingga 613-432 ng/mL. 
  2. Propantelin bromida. Propantelin bromida menghambat penyerapan dan meningkatkan konsentrasi puncak serum ranitidin, melalui mekanisme penghambatan pengosongan lambung dan perpanjangan waktu transit. Bioavalabilitas ranitidin meningkat 23% jika digunakan bersama propantelin bromida.
  3. Merokok. Kebiasaan merokok menghambat penyembuhan ulkus duodenum dan mengurangi khasiat ranitidin. Perbandingan kesembuhan ulkus duodenum pada perokok dan bukan perokok dengan terapi ranitidin adalah 62 dan 100%.
  4. Efek ranitidin pada hati. Ranitidin berinteraksi dengan sistem enzim sitokrom P450 dihati. Ranitidin hanya sedikit menghambat metabolisme hepatik beberapa obat seperti kumarin, antikoagulan, teofilin, diazepam dan propranolol. Ranitidin membentuk ligand-kompleks dengan enzim sitokrom P450 sehingga menghambat aktivitas enzim tersebut. Penggunaan bersama ranitidin dan warfarin dapat menurunkan atau meningkatkan waktu protrombin (PT). Pada dosis ranitidin hingga 400 mg perhari, penggunaan bersamanya dengan warfarin relatif tidak berpengaruh terhadap bersihan warfarin dan atau PT. Namun penggunaan ranitidin lebih dari 400 mg perhari bersama dengan warfarin belum diketahui pengaruhnya. Sedangkan penggunaan bersama ranitidin 2x200 mg dan warfarin 2,5-4,5 mg telah terbukti memperpanjang PT secara signifikan. Pengunaan bersama ranitidin dan teofilin menyebabkan penurunan bersihan plasma teofilin. Pengunaan bersama ranitidin dan diazepam maupun lorazepam relatif tidak saling berinteraksi. Penggunaan bersama 100 mg metoprolol dan ranitin menyebabkan AUC metoprolol meingkat hingga 80% dan rata-rata konsentrasi serum puncak meningkat hingga 50%, dan waktu paruh eliminasi metoprolol meningkat hingga 4,4-6,5 jam. 
  5. Alkohol. Penggunaan bersama alkohol dan ranitidin menyebabkan peningkatan konsentrasi alkohol serum.
  6. Nifedipin. Penggunaan ranitidin bersama nifedipin dapat menyebabkan peningkatan AUC nifedipin hingga 30%.
  7. Vitamin B12. Penggunaan ranitidin dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12 karena malabsorpsi vitamin B12.
Posted by muhammad haswadrianto | File under :
PPAR menerjemahkan / mengekspresikan rangsangan metabolik dan farmakologis menjadi sejumlah protein baru yang meregulasi sintesis sejumlah protein atau gen untuk metabolisme asam lemak dan lipid.  

Pada keadaan resistensi insulin, sel-beta pankreas memacu sekresi insulin, atau dengan kata lain dibutuhkan kadar insulin lebih banyak daripada normal (hiperinsulinemia) untuk mempertahankan keadaan normoglikemi. Hal ini disebabkan antara lain karena kelainan fungsi reseptor insulin, gangguan transpor glukosa dan peningkatan asam lemak bebas (1)

Kadar asam lemak yang meningkat dan adipositokine, misalnya tumor necrosis factor-alpha (TNF-α) dapat menghambat insulin signaling (pengiriman sinyal insulin). Peningkatan kadar asam lemak bebas plasma menyebabkan resistensi insulin melalui siklus glukosa-asam lemak (siklus Randle). Menurut hipotesis Randle (siklus glukosa-asam lemak), kadar asam lemak bebas yang tinggi dalam sirkulasi berkompetisi dengan glukosa untuk metabolisme oksidatif di otot rangka. Peningkatan ambilan asam lemak bebas menghambat oksidasi glukosa pada tingkat pyruvat dehidrogenase (PDH) dan glikolisis pada tingkat phosphofructokinase; keadaan ini menyebabkan peningkatan kadar glucose-6-phosphate intraselular sehingga menghambat fosoforilasi glukosa yang menyebabkan ambilan glukosa berkurang. Peningkatan distribusi kadar asam lemak bebas ke hati melalui sirkulasi portal memacu oksidasi asam lemak menjadi acetyl coenzyme A (CoA) sehingga memacu pyruvate carboxilase dan produksi glukosa yang lebih banyak dari pyruvate dalam system gluconeogenesis.(2)


BAGAIMANA PPAR Gamma MENEKAN PEMBENTUKAN GLUKOSA DALAM HATI

TNF-α menekan produksi adiponektin dalam tubuh. Adiponektin adalah salah satu protein spesifik adipose yang ikut berperan dalam penanganan resistensi insulin. TZD yang mengikat PPARγ dapat menekan pembentukan TNF-α sehingga adiponektin dapan dibentuk kembali. Mekanisme utama Adiponektin adalah meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan oksidasi asam lemak dan penghambatan produksi glukosa hati. Selan itu adiponektin meningkat dengan pengobatan thiazoledinedione (3).

Sebuah studi yang mengaitkan antara Adiponektin terhadap produksi glukosa dalam hati menunjukkan bahwa pemaparan adiponektin dapat menghambat produksi glukosa sebesar 20-40% (4), sedangkan Paparan serupa dengan trimer adiponektin full-length menekan produksi glukosa hingga 90% dalam hati (5).



TZDs dapat merubah kapasitas penyimpanan lemak di jaringan adiposa dengan meningkatkan jumlah adiposit kecil. Efek lipogenik ini dapat menyebabkan penurunan akumulasi lipid perusak pada jaringan sensitif insulin lain seperti otot dan hati, sehingga mengurangi resistensi insulin. Thiazolidinedione  (TZD) akan meningkatkan ambilan glukosa dan asam lemak oleh jaringan lemak sehingga terjadi penurunan kadar, meningkatkan lipogenesis dan adipogenesis, dan penurunan produksi lemak dalam hati yang menjadi sumber pembentukan glukosa dalam system gluconeogenesis, (Chiarelli dan Danielle, 2008)           


Daftar Pustaka

1.     Kahn, Ronald Lihong Chen, and Shmuel E. Cohen. 2000. Unraveling the mechanism of action of thiazolidinediones. The Journal of Clinical Investigation. Volume 106 (11).

2.     Elks ML. Fat oxidation bla. Med Hypotjheses. 1990. Vol. 33(4). Pp:257-260

3.     Lihn As, blabala. Adiponectin: Action, regulation blabal. Ones Rev. 2005. Vol. 6 (1). Pp: 13-21

4.     Pajvani UB, Du X, Combs TP, Berg AH, Rajala MW, Schulthess T, Engel J, Brownlee M, Scherer PE. Structure-function studies of the adipocyte-secreted hormone Acrp30/adiponectin. Implications fpr metabolic regulation and bioactivity. J Biol Chem. 2003;278(11):9073–9085. [PubMed]

5.     Berg AH, Combs TP, Du X, Brownlee M, Scherer PE. The adipocyte-secreted protein Acrp30 enhances hepatic insulin action. Nat Med. 2001;7(8):947–953. [PubMed]

6.     Chiarelli, Francesco and Daniele Di Marzio. 2008. Peroxisome proliferator-activated receptor-γ agonists and diabetes: Current evidence  and future perspectives.Vascular Health and Risk Management. Volume 4(2): 297–304.






Posted by muhammad haswadrianto | File under :
   Macam-macam suhu penyimpanan obat :
  • Dingin  adalah suhu tidak lebih dari 8 derajat.Lemari pendingin memiliki suhu antara 2 - 8 derajat sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -20 s/d -10 derajat.
  • Sejuk adalah suhu antara 8 s/d 15 derajat. Kecuali dinyatakan lain harus disimpan pada suhu sejuk dapat disimpan dilemari pendingin.
  • Suhu Kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur antara 15 s/d 30 derajat.
  • Hangat adalah suhu antara 30 s/d 40 derajat
  • Panas berlebih adalah suhu diatas 40 derajat 
   Interaksi Aminofilin dan Phenobarbital (Luminal)
interaksi yang merugikan antara aminofilin dan phenobarbital (luminal) adalah terjadinys penurunan kadar (25%) pada aminofilin dengan cara inhibisi enzim CYPA12 oleh luminal.
Aminofilin adalah obat yang dimetabolisme di hati oleh isoenzim sitokrom P450, terutama oleh CYP1A2. Ada beberapa obat yang mempengaruhi enzim tersebut, salah satunya adalah phenobarbital (luminal) yang akan menginduksi enzyme CYP1A2 secara langsung sehingga klearens aminofilin akan lebih cepat yang mengakibatkan pengurang kadar plasma aminofilin berkurang.
     Interaksi Menguntungkan Ergotamine dan Kafein
Kkafein akan mempercepat absorbsi Ergotamin disaluran cerna. Sehingga absorpsi Egotamin akan semakin cepat dan efek terapinya semakin cepat pula. Sebagai contoh, jika onset kerja ergotamin sekitar 2 jam, maka kemungkinan obat akan bekerja lebih cepat sekitar 1 jam jika dikonsumsi bersama dengan kafein. Hal ini dapat menguntungkan kegunaan dari ergotamine sebagai obat dari sakit kepala atau migrane. 

Sumber: Lexi-Comp's Drug Information Handbook - 14th edition, 2006 Martindale, 34th edition, 200 dan Smith HS. Opioid metabolism. Mayo Clin Proc. 2009;84;613-624. [PMC free article] [PubMed]



Powered by Blogger.