Saturday, January 21, 2017

Posted by muhammad haswadrianto | File under :
Sabtu, 21 januari 2017
Ada yang pernah mengatakan bahwa perasaan itu ibarat laut yang ada di tanah bumi ini. “Sesuatu” yang berlebihan untuk parameter sebongkah “perasaan”, itu hal pertama yang terlintas dalam fikiranku dikala itu. Hingga suatu alasan, fikiran ini membenarkan “sesuatu” tersebut. Laut itu tempat yang sangat tenang dan juga sangat dalam, namun hingga detik ini tak ada seorang manusiapun yang dapat mengetahui dengan pasti kapan ketenangan itu tiba dan berakhir serta tak sederet angkapun yang dapat mengukur kedalaman laut yang paling terdalam dari yang terdalam. 

Jika kendaraan di lautan sebanyak kendaraan yang ada didaratan, maka tidak bisa dibayangkan seberapa banyak “kendaraan” yang bisa menjadi korban akan ketenangan dan kedalam dari sang “lautan”. Sepertinya kalimat ini sudah memukul wajah ku sendiri, but it’s the true. 

Sabtu, 21 januari 2017
Perasaan itu datang, tenang namun berombak, hijau namun sangat dalam, Seakan mengalami brongko kontriksi spontan, mencoba bernafas didalam laut yang yang maya, meraih permukaan namun tak berujung, hingga perasaan bahwa “everything happened because of your iniquity”.

Entah kapan perasaan itu akan pergi dan datang lagi, namun satu yang pasti “saat kau mampu melakukan sesuatu tapi tidak kau lakukan, lalu hal-hal buruk terjadi.. itu semua karena kesalahanmu” (by the new character of the new spider-man) :)

Sabtu, 21 januari 2017
Semua hal yang terjadi di dunia ini tidak luput dari pengawasan Tuhan yang Maha Kuasa dan semua hal yang terjadi di dunia ini adalah karena izin Nya, hal ini seperti dalam alquran surah al-An’aam ayat 59 “…Tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula)…” Dialah Allah yang menciptakan  dan mengatur segala peristiwa di dunia, bagaimana mareka bermula dan bagaimana bereka berakhir. Termasuk fenomena “lautan” dalam diri seseorang.

Tidak ada seorangpun yang akan bertahan hidup lama membawa perasaan seperti ini, dan satu-satunya cara untuk menenangkan ombak ini hanyalah dengan meminta izin sang Maha Kuasa untuk membuatnya menjadi lebih tenang. Namun permohonan izin tersebut tidak akan semerta-merta di disposisikan, sebab segalanya pasti memiliki pemicu dan selama pemicu tersebut tidak di atasi maka permohonan izin bisa jadi belum di acc kan.
Islam memiliki pengajaran yang membentangkan dua hubungan yang sangat harmonis yaitu Hablum minallah wa Hablum minanna. Hal ini dapat diartikan hubunganmu terhadap Tuhan bisa dipengaruhi sebagaiaman Hubunganmu terhadap manusia. Hablum minallah harusnya diiringi dengan hablum minannas karena hubungan ini yang akan mempengaruhi setiap permohonan yang kita inginkan.

Tiang agama dalam islam (Sholat) pun memberikan pelajaran yang berkaitan dengan Hablum minallah wa Hablum minannas. coba perhatikan, gerakan pembuka dalam sholat adalah takbiratul ikhrom, kalau dalam bahasa mandar pappamasse katamber yang bisa menandakan hubungan terhadap Sang Pencipta, Allah yang Maha Kuasa (Hablum minallah) sedangkan gerakan penutup dari sholat adalah Salam (kanan dan kiri) yang bisa diartikan dengan hubungan kira terhadapat sesama manusia (Hablum minannas) yang berada disekitar kita. Salah dua gerakan yang menjadi bagian penyempurnah satu Tiang Agama (sholat), sudah dipastikan, sholat tanpa takbir dan salam tidak akan berarti apa-apa.
Sabtu, 21 januari 2017
Hari dimana kita diberikan pengajaran secara langsung dari Allah melalui fenomena “lautan”. Alhamdulillah, jiwa ini masih berada dalam perhatian-Nya.
Hablum minannas
Hablum minallah wa Hablum minannas mungkin hal sulit untuk diterapkan begitu saja, namun ingat waktu kita didunia masih berada dalam rahasia Tuhan. Jangan sampai menyesal, karna penyesalan tidak akan memberikan waktu tambahan buat kita.

0 komentar:

Powered by Blogger.