Monday, November 30, 2015

Posted by muhammad haswadrianto | File under : ,

Tuhan menciptakan makhluk-Nya didunia ini tidak ada yang tidak bermanfaat, sekecil apapun itu, termasuk Habbatu al-sauda atau jintan hitam (Nigella sativa).

Racun adalah Setiap bahan/zat yang dalam jumlah tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang menyebabkan penyakit dan kematian (Taylor). Di sisilain, seiring perkembangan zaman banyak pakar yang telah menemukan berbagai macam obat atau bahan yang dapat membantu dalam perkembangan bidang kesehatan salah satunya racun. Racun adalah zat mematikan namun racun juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan jika di kelolah dengan baik dan benar.

 

 Bombina orientalis ditemukan di timur laut Cina (provinsi Heilongjiang, Hebei, Shandong, Anhui, dan Lianoning). Kodok ini juga dapat ditemukan di Korea, Thailand, dan Jepang selatan (pulau Kiushiu dan Tsushima). Bombina orientalis juga terdapat di  Primorye dan Khabarovsk wilayah Rusia

  Kodok perut api ini menempati berbagai habitat yang berbeda. Mereka hidup pada ketinggian tinggi di pohon cemara, pinus atau hutan gugur, lembah sungai, rawa bushlands, dan padang rumput terbuka. Kehidupan kodok perut api di atau sekitar berbagai jenis air, termasuk stagnan dan air di danau, kolam, rawa, sungai, mata air, bahkan genangan air dan selokan. Biasanya, spesies ini tetap relatif dekat dengan air, tetapi pada akhir musim panas mereka tinggal hingga beberapa ratus meter dari air 

  Sesuai namanya, "Bombina orientalis" (read: Oriental fire-bellied toad), kodok ini memiliki warna merah di bawah bagian tubuhnya, sedangkan bagian atasnya berwarna hijau muda agak kekuningan dengan bercak-bercak berwarna hitam yang berasal dari hasil memakan anthropoda kecil yang mengandung β-carotene (yang mampu juga digunakan sebagai obat pada erythropoietic protoporphyria, kanker payudara dan pencegahan AMD/age-related macular degeneration ). Kodok perut-api oriental adalah hewan semi-aquatik sepanjang 4-7,6 cm. Walaupun disebut kodok, sebenarnya hewan amfibi ini adalah jenis katak. Banyak yang menyebutkan kodok karena memiliki kulit yang memiliki bentol-bentol yang biasanya umum dimiliki oleh kodok. Perutnya yang berwarna merah digunakan sebagai pertahanan diri. Saat predator mendekat, katak ini berdiri dan menunjukan perutnya. Predator akan mengetahui bahwa hewan ini beracun. Betina dapat bertelur antar 40 hingga 100 butir telur. Larva akan menetas dalam waktu antara 3 sampai 10 hari, tergantung pada suhu air. Larva akan mendapatkan kaki pada usia 6-8 minggu dan bisa mulai berkeliaran di tanah dalam waktu 12-14 minggu (http://www.primagama-sidoarjo.com/).

Racun/toksin dari kodok dihasilkan oleh semacam kelenjar khusus yang terletak dibawah kulit. Kelenjar itu sendiri bisa mendapatkan bahan-bahan kimia yang dibutuhkannya untuk memproduksi racun karena mendapatkan senyawa kimia alkaloid dari hewan-hewan dan serangga yang di makan oleh kodok ini. Walaupun beracun, manusia tidak perlu menaruh ketakutan berlebihan kepada kodok ini, karena racun yang dihasilkan dari kodok ini hanya aktif bila tertelan atau masuk ke dalam aliran darah manusia.

Kodok kecil beracun ini mengeluarkan cairan/keringat bercampur dengan racun saat dirangsang. Menurut Prof Christopher Shaw dari Queen's University at Belfast School of Pharmacy, dalam keringat tersebut terdapat protein yang dapat membantu menyembuhkan luka. Peptida di dalamnya membantu pembentukan pembuluh darah. Racun ini bisa meminimalkan pertumbuhan jaringan parut dan mempercepat penyembuhan. Kurang dari setahun obat itu akan diuji coba pada manusia dan sudah siap dipatenkan di China serta Amerika Serikat (http://health.detik.com/).

Kodok ini juga memiliki musuh di alam liar karena spesies ular Leimadophis epinephelus diketahui memiliki kekebalan khusus terhadap racun yang dihasilkan dari kodok ini. Sejauh ini, ular Leimadophis epinephelus merupakan satu-satunya musuh alamiah kodok yang sudah teridentifikasi oleh manusia.


Powered by Blogger.